Tarbiyah Robbaniyah Covid-19 bagi Dunia Pendidikan -->

Iklan Semua Halaman

Tarbiyah Robbaniyah Covid-19 bagi Dunia Pendidikan

Mahmud Thorif
21 Mei 2020
Munculnya virus Covid-19 dari kota Wuhan, negeri tirai bambu China ini membuat dunia berasa mati dari segala aktivitas. Mulai dari kegiatan anak-anak di sekolah, kegiatan mahasiswa di perguruan tinggi, kegiatan perkantoran, dan kegiatan masyarakat lainnya.

Sudah barang tentu hal ini meruntuhkan perokomian di semua negara, rakyat miskin pun sudah barang tentu bertambah. Bagaimana tidak, roda perekomian serasa berhenti total atau jika pun berjalan, berjalan sangat lamban. Cobalah kita tengok dunia pariwisata, hampir seluruhnya lumpuh total dikarenakan virus ini. Coba tengok juga dunia transportasi, karena akses aktivitas manusia dibatasi, maka otomatis kebutuhan transportasi sangat kecil, sehingga pengusaha transportasi ini tentu kesulitan menjalankannya. Masih sangat banyak dampak dari virus yang mematikan ini bagi hidup dan kehidupan manusia.

Bagi lembaga pendidikan yang dikelola oleh swasta, tentulah dengan diberlakukannya belajar di rumah, selama beberapa bulan ini, membuat lembaga yang dikelola oleh mereka menjadi oleng. Bagaimana tidak, banyak orang tua siswa yang biasa mampu membayar biaya pendidikan bulanan dengan rutin, kini karena faktor ekonomi, mereka harus menunda pembayaran biaya pendidikan anak-anak mereka. Tentu hal ini sangat memberatkan pengelola lembaga pendidikan swasta. 

Apakah lembaga pendidikan swasta ini mampu bertahan di tengah wabah ini? Lembaga pendidikan mereka harus menggaji seluruh guru dan pegawainya walaupun orang tua siswa hanya beberapa persen yang mampu membayar penuh biaya pendidikan bulanan anak-anak mereka? Berapa bulan lembaga pendidikan ini akan bertahan?

Sudah barang tentu, dalam setiap peristiwa ada banyak pelajaran yang perlu diambil hikmahnya, ada banyak manfaat yang diambil pelajarannya. Maka yang perlu diperhatikan bagi lembaga pendidikan, bagi guru, bagi orang tua siswa yang menyekolahkan pendidikan anak-anak mereka di sekolah swasta harus bersinergi.

Pertama bagi orang tua, pahami juga bahwa sekolah tempat anak-anak belajar, dibawah yayasan pengelola yang harus membayar seluruh guru dan pegawai mereka, alangkah 'dholimnya', ketika sesungguhnya mampu membayar biaya pendidikan anak-anak mereka tetapi menundanya atau bahkan enggan membayarkannya. Kecuali jika memang benar-benar tidak mampu, tentu itupun harus tetap dikomunikasi kepada sekolah tentang kondisi keluarga. Ada berapa banyak guru dan pegawai yang menjadi penopang ekonomi keluarga akan berdampak jika menunda pembayaran biaya pendidikan ini? 

Dibutuhkan sinergi dari orang tua siswa pada situasi seperti saat ini, karena ini adalah salah kepedulian orang tua siswa kepada lembaga pendidikan dan juga kepada guru dan pegawai yang ada dibawahnya.

Coba juga orang tua siwa memperhatikan, apakah lembaga pendidikan sekolah anak-anaknya memiliki usaha produktif, semisal koperasi, atau usaha lainnya. Nah sinergi orang tua siswa bisa diwujudkan dengan berbelanja di usaha produktif yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Putarlah uang kita untuk kepentingan lembaga tersebut, yakinlah dengan cara seperti itu, maka akan menyelamatkan banyak manusia di tengah wabah yang belum pasti kapan akan berakhir ini. Jangan biarkan uang kita diputar oleh orang lain yang tidak pernah membantu kepentingan pendidikan anak-anak kita.

Kedua bagi guru dan pegawai, harus juga mampu bersinergi dengan orang tua dan lembaga pendidikan tempat bekerja. Sinergi dengan orang tua siswa, jalin komunikasi yang baik, tanyakan kabar keluarga mereka, apa kendala yang dihadapi dimasa pandemi ini? Dan lain sebagainya, 

Tunjukkan kepada mereka bahwa para guru dan pegawai peduli dengan keberadaan orang tua siswa yang sangat membantu dalam proses belajar mengajar yang berlangsung selama di rumah ini. Para orang tua siswa pada saat ini adalah orang tua sekaligus guru bagi anak-anak didik yang biasa mereka ajar di kelasnya.

Berikan laporan-laporan perkembangan anak didik mereka dengan tugas-tugas yang diberikan selama di rumah. Sekecil apapun tugas yang diberikan, tentu harus diberi nilai, baik dalam bentuk angka-angka atau dalam bentuk apresiasi lainnya.

Cari informasi lebih mendalam ketika ada orang tua siswa yang lama tidak berkabar atau anaknya tidak melaporkan tugas-tugas mereka. Jangan-jangan mereka memang benar-benar membutuhkan uluran tangan semuanya untuk meringankan beban mereka.

Jangan lupa, guru atau pegawai juga tetap bersinergi dengan lembaga pendidikan mereka sendiri, dengan ikut memutar perekonomian lembaganya, beli produk-produk lembaga tersebut, yakinlah gaji yang diterima setiap bulan adalah salah satu hasil dari putaran ekonomi yang dihasilkannya. Jangan biarkan rupiah-rupiah Anda diputar oleh orang lain yang kadang menjadi 'musuh' dalam hidup dan kehidupan kita.

Ketiga, bagi lembaga pendidikan. Ini memang beban yang sangat berat. Maka diperlukan lompatan-lompatan ide, cara, dan upaya agar lembaga ini bisa memutar roda perekonomian untuk menghidupi lembaga pendidikan yang tentulah dahulu sangat berat ketika merintisnya. Bangun komunikasi dengan guru, pegawai, orang tua siswa, atau lembaga-lembaga pemerintah atau swasta agar terjalin komunikasi yang bagus dan tentu dengan jalinan tersebut memudahkan lembaga pendidikan ini mampu bertahan di tengah ketidak pastian ini.

Ajak sebanyak mungkin orang-orang yang terlibat di dalam dunia pendidikan yang dikelola untuk memutarkan roda perekonomian yang dimiki. Jangan sampai justru lembaga pendidikan ini akan digulung oleh ego-ego dari semua civitas akademis karena enggan menghidupkan roda ekonomi di lembaga ini.

Belilah produk-produk dari hasil lembaga pendidikan yang anak-anak kita berada di dalamnya. Ubah mindset kita, bahwa kalau bukan kita yang menghidupkan ekonomi lembaga pendidikan tersebut siapa lagi?

Yakinlah, pandemi ini adalah cara Allah mendidik kita semua, inilah yang dinamakan Tarbiyah Robbaniyah  bagi hidup dan kehidupan kita. Semoga tarbiyah ini akan terus berjalan selamanya. Bukan pada saat pandemi ini masih ada.

TMT