Politik Analogi Grosiran -->

Iklan Semua Halaman

Politik Analogi Grosiran

Mahmud Thorif
26 Oktober 2018
Oleh : Bang Dedi Wahyudi
Dalam kontestasi politik pilpres, politik analogi sengaja dibuat untuk menutupi kelemahan dan untuk pembangunan karakteristik diri sesuai khayalan pemilih
Politik analogi adalah politik memanfaatkan perhatian pemilih kepada hal yang disukai dan diidolakan
Terkadang politik analogi menjadi politik yang murahan, apabila bahasa analogi atau menyerupai sudah terlalu berlebihan atau lebay, seperti gambaran dibawah ini
Menjadi sangat murah sehingga analogi dibuat terkesan grosiran, demi mendapatkan perhatian pemilih semua analogi penyerupaan disematkan
Dari seperti Umar Bin Khattab hingga seperti bung Karno, semua analogi bisa saja disematkan namun justru akan menjadi blunder yang justru menjatuhkan elektabilitas apabila yang disematkan sebagai analogi justru berbeda dengan realitanya
Contoh Jokowi di ibaratkan seperti Umar Bin Khattab, ini menjadi blunder yang justru malah menjatuhkan elektabilitas Jokowi, karena sosok Umar bin Khattab adalah sosok pemimpin yang cinta pada rakyatnya, dimalam yang buta saja bersedia keliling kesemua wilayah untuk mencari rakyatnya yang lapar atau susah bahkan dengan sukarela memanggul makanan langsung untuk diantar kepada rakyat yang membutuhkannya
Sosok Umar bin Khattab adalah sosok yang lembut, peduli dan tegas tanpa ada satu kalimat makian pun pernah terucap dari lisannya seperti kalimat sontoloyo
Menganalogikan seseorang calon pemimpin seolah seperti tokoh A atau B akan dilihat dari sikap dan kebijakkannya langsung kepada rakyat
Seperti menganalogikan diri seperti bung Karno, apakah yang dianalogikan sudah seperti bung Karno yang berani bersikap tegas kepada bangsa lain, atau bisakah yang dianalogikan seperti bung Karno mengaplikasikan ekonomi Trisakti ketika menjadi pemimpin?
Kalau ternyata semua analogi yang disematkan ternyata tak sesuai fakta diri, maka ini menjadi politik analogi grosiran (murahan)
Saking grosirannya, mungkin tinggal disebut atau dianalogikan seperti Tuhan
Karena politik analogi nya, kalau perlu sampai kepada tokoh atau posisi paling tertinggi, lalu mengapa tak sekalian disamakan dengan Tuhan
Mungkin tinggal menunggu waktu saja, analogi Jokowi seperti Tuhan disebarkan
Bang dw