“Setiap kaum itu ada ajalnya. Apabila
sudah ajal mereka tidak akan bisa didahulukan atau tidak pula diakhirkan”
Alquran.
Pernah tercatat dalam sejarah peradaban,
betapa agungnya peradaban persia dan romawi. Mereka mempunyai kerajaan yang
mewah, bala tentara yang handal, bangunan-bangunan istana mereka begitu megah.
Namun ketika ajal menjemput mereka, mereka tiada kuasa untuk menghindarinya.
Iya, ajal kejayaan mereka sudah hilang.
Masih tertulis dalam sejarah peradaban
Islam. Betapa Islam telah mampu menguasai sebagian belahan dunia. Konon hampir
dua pertiga dunia dikuasai oleh Islam. Tidak tanggung-tanggung, hmpir tujuh
abad Islam ini berjaya dengan khalifahnya. Namun ketika ajal kedigdayaan Islam
ini diambil sedikit demi sedikit karena ulah kita sendiri, kita ummat Islam
tidak bisa menolaknya.
Masih teringat juga peradaban Rusia.
Mereka begitu bangga dengan paham komunismenya. Paham yang pernah berjaya pula
di negeri Indonesia. Sehingga wajar amerika ketakutan dengan paham ini. Takut
akan tersaingi kepopuleran amerika dibanding rusia. Namun saat ajal kedigdayaan
rusia telah mencapai puncak, mereka tidak berdaya untuk menolaknya. Amerika
bersorak gembira.
Iya. Setiap ummat manusia itu mempunyai
ajal, mempunyai batas umur. Yang sekarang berada di puncak, ingatlah suatu saat
nanti akan terjun ke bawah. Yang sekarang berada di tengah, ingatlah suatu saat
nanti akan menggantikan posisi puncak. Yang sekarang berada di paling bawah,
ingatlah suatu saat nanti akan menggantikan posisi tengah dan bahkan puncak.
Itulah kehidupan, kadang di atas dan
kadang di bawah. Ibarat perputaran roda, begitu kata para pujangga.
Lantas apa yang sebaikya dilakukan?
Saat berada di puncak, manusia cenderung
menyombongkan diri, ia merasa dirinya suksesberkat kehebatannya, berkat
perjuangan dirinya sendiri. Dia tidak menyadari, betapa banyak manusia lain
yang berperan serta mengsukseskannya, betapa banyak orang lain yang ikut andil
akan kesuksesannya. Jangan sampai saat berada dipuncak, kita lupa pernah berada
di bawah, sehingga seenaknya melindas bawahan kita.
Seharusnya memang harus sadar, saat
kesuksesan ada pada diri kita, betapa banyak andil orang-orang di sekitar kita,
orang-orang yang menyayangi kita. Maka berbagilah kenikmatan dengan mereka.
Bagi yang saat ini berada di bawah dan
sedang menuju puncak, apa yang sebaiknya dilakukan? Apakah melakukan segala
cara untuk mencapai puncak sehingga apapun cara yang ditempuh dihalalkan?
Tidak. Tidaklah demikian.
Yang saat ini sedang menuju puncak, seharunsya
menggunakan cara yang baik, menggunakan cara yang benar. Jika pencapaian puncak
kita dengan cara yang salah, dengan jalur yang tidak dibenarkan. Maka sungguh,
puncak yang kita duduki tidaklah akan menenangkan hati, puncak yang kita duduki
tidaklah menyamankan kehidupan ini, puncak yang kita singgasanai bahkan tidak
akan bertahan lama. Mengapa? Ada banyak manusia-manusia yang dikecewakannya.
Ada banyak manusia-manusia yang akan merongrong kejayaannya. Berbeda ketika
puncak itu didapatkan dengan cara yang benar, ada banyak manusia yang selalu
mendukungnya, ada banyak manusia yang akan menjadi pembela kita saat ada
manusia yang akan menggulingkan kita.
Ah, rupanya pencapaian demi pencapaian
kita harus dilakukan dengan cara dan metode yang benar, jika ingin ada banyak
manusia yang merasakan nikmatnya kejayaan kita.
Wallahu a’lam bishawab.
Tuswan Reksameja, Redaktur
Majalah Fahma