Menuju Puncak dengan Benar -->

Iklan Semua Halaman

Menuju Puncak dengan Benar

Mahmud Thorif
15 April 2013


“Setiap kaum itu ada ajalnya. Apabila sudah ajal mereka tidak akan bisa didahulukan atau tidak pula diakhirkan” Alquran.

Pernah tercatat dalam sejarah peradaban, betapa agungnya peradaban persia dan romawi. Mereka mempunyai kerajaan yang mewah, bala tentara yang handal, bangunan-bangunan istana mereka begitu megah. Namun ketika ajal menjemput mereka, mereka tiada kuasa untuk menghindarinya. Iya, ajal kejayaan mereka sudah hilang.

Masih tertulis dalam sejarah peradaban Islam. Betapa Islam telah mampu menguasai sebagian belahan dunia. Konon hampir dua pertiga dunia dikuasai oleh Islam. Tidak tanggung-tanggung, hmpir tujuh abad Islam ini berjaya dengan khalifahnya. Namun ketika ajal kedigdayaan Islam ini diambil sedikit demi sedikit karena ulah kita sendiri, kita ummat Islam tidak bisa menolaknya.


Masih teringat juga peradaban Rusia. Mereka begitu bangga dengan paham komunismenya. Paham yang pernah berjaya pula di negeri Indonesia. Sehingga wajar amerika ketakutan dengan paham ini. Takut akan tersaingi kepopuleran amerika dibanding rusia. Namun saat ajal kedigdayaan rusia telah mencapai puncak, mereka tidak berdaya untuk menolaknya. Amerika bersorak gembira.

Iya. Setiap ummat manusia itu mempunyai ajal, mempunyai batas umur. Yang sekarang berada di puncak, ingatlah suatu saat nanti akan terjun ke bawah. Yang sekarang berada di tengah, ingatlah suatu saat nanti akan menggantikan posisi puncak. Yang sekarang berada di paling bawah, ingatlah suatu saat nanti akan menggantikan posisi tengah dan bahkan puncak.

Itulah kehidupan, kadang di atas dan kadang di bawah. Ibarat perputaran roda, begitu kata para pujangga.

Lantas apa yang sebaikya dilakukan?
Saat berada di puncak, manusia cenderung menyombongkan diri, ia merasa dirinya suksesberkat kehebatannya, berkat perjuangan dirinya sendiri. Dia tidak menyadari, betapa banyak manusia lain yang berperan serta mengsukseskannya, betapa banyak orang lain yang ikut andil akan kesuksesannya. Jangan sampai saat berada dipuncak, kita lupa pernah berada di bawah, sehingga seenaknya melindas bawahan kita.
Seharusnya memang harus sadar, saat kesuksesan ada pada diri kita, betapa banyak andil orang-orang di sekitar kita, orang-orang yang menyayangi kita. Maka berbagilah kenikmatan dengan mereka.

Bagi yang saat ini berada di bawah dan sedang menuju puncak, apa yang sebaiknya dilakukan? Apakah melakukan segala cara untuk mencapai puncak sehingga apapun cara yang ditempuh dihalalkan? Tidak. Tidaklah demikian.

Yang saat ini sedang menuju puncak, seharunsya menggunakan cara yang baik, menggunakan cara yang benar. Jika pencapaian puncak kita dengan cara yang salah, dengan jalur yang tidak dibenarkan. Maka sungguh, puncak yang kita duduki tidaklah akan menenangkan hati, puncak yang kita duduki tidaklah menyamankan kehidupan ini, puncak yang kita singgasanai bahkan tidak akan bertahan lama. Mengapa? Ada banyak manusia-manusia yang dikecewakannya. Ada banyak manusia-manusia yang akan merongrong kejayaannya. Berbeda ketika puncak itu didapatkan dengan cara yang benar, ada banyak manusia yang selalu mendukungnya, ada banyak manusia yang akan menjadi pembela kita saat ada manusia yang akan menggulingkan kita.

Ah, rupanya pencapaian demi pencapaian kita harus dilakukan dengan cara dan metode yang benar, jika ingin ada banyak manusia yang merasakan nikmatnya kejayaan kita.

Wallahu a’lam bishawab.
Tuswan Reksameja, Redaktur Majalah Fahma