Memilih Presiden Itu Memilih Sistem, Bukan Person -->

Iklan Semua Halaman

Memilih Presiden Itu Memilih Sistem, Bukan Person

Mahmud Thorif
06 Januari 2019

www.emthorif.blogspot.com | Tahun 2019 ini adala tahun yang panas di perpolitikan Indonesia. Karena ada 2 kandidat yang akan bersaing dalam pemilihan presiden.

"Kalau pilihannya ada 3 sih tidak serame ini, karena ada 2 musuh yang harus dilawan." Begitu kata salah seorang pedagang ketika saya ngobrol di sebuah pasar kecil kelurahan. "Tapi karena pilihannya ada 2 ya akhirnya sesama pendukung saling menjegal." Lanjut Beliau.

Belum lagi perdebatan sengit di pojok-pojok gardu di dusun-dusun antar para pendukung, yang biasanya berakhir saling blokir di sosial media. Belum lagi banyak kita rekam perdebatan sengit di sesama grup WA yang akhirnya berujung salah satu harus keluar grup atau bikin grup WA sendiri. Tentu masih banyak lagi kejadian-kejadian efek dari dukung mendukung ini.

Itu baru dilevel bawah, yang notabene mereka tidak mendapat bayaran sepeserpun, atau istilah kekinian ya relawan murni. Belum di level yang lebih tinggi, para buzzer yang mereka sengaja dibayar untuk mendukung pasangan tertentu. Para buzzer ini bayarannya bervariasi, ada yang mulai dari sekadar uang pulsa, uang bensin, uang rokok, hingga yang bayarannya puluhan atau bahkan ratusan juta. 

Cara kerja para buzzer ini pun tidak serampangan, mereka berbagi tugas. Ada yang bertugas meningkatkan elektabitas paslon dengan informasi-informasi positif dari pasangan yang membayarnya. Ada yang tugasnya mencari kesalahan dan kelemahan dari paslon musuhnya sehingga digoreng sedemikian rupa. Semakin banyak yang memperbincangkan, maka indikasi bahwa pancingannya berhasil.

Nah... Kembali ke fokus kita. Memilih presiden adalah memilih sistem bukan person. Kenapa dan mengapa?

Sekarang cobalah lihat, siapa buzzer-buzzer yang dibayar oleh paslon yang ada dan siapa para konglomerat yang di balik para paslon ini. SUdah menjadi rahasia umum, kalau sekecil apapun kontribusi yang diberikan kepada paslon suatu saat akan dibalas budi mereka. 

Pun...
Dengan para konglomerat yang ada di balik layar. Mereka berharap akan diberi proyek-proyek besar setelah paslon yang didukung terpilih. Atau bahkan para buzzer ini akan mendapat jabatan-jabatan strategis di sebuah BUMN atau lainnya. Inilah yang disebut memilih sistem. Lambat laun, para buzzer inilah yang akan menempati jabatan-jabatan strategis dalam sistem kepemerintahannya.

Mari kenali SIAPA DI BALIK CALON PRESIDEN pilihan Anda. Jangan sampai hanya karena diberi Rp 100.000 kita rela menjual negara ini kepada para CUKONG dan PENGHIANAT NEGARA ini.

Kata teman-teman, jangan karena beda pilih capres bisa mengganggu persahabatan kita. 

INGAT PERSAHABATAN itu NOMOR 01 tapi... PILIHAN PRESIDEN itu NOMOR 02

@emthorif
foto google