Toleransi itu Tidak Boleh Berpihak -->

Iklan Semua Halaman

Toleransi itu Tidak Boleh Berpihak

Mahmud Thorif
17 November 2018

Tanggal 16 November adalah hari toleransi internasional, hari yang ditetapkan bersamaan dengan hari ulang tahun ke-50 PBB, 16 November 1995, negara-negara anggota UNESCO mengadopsi sebuah Deklarasi Prinsip-Prinsip Toleransi, antara lain menegaskan bahwa toleransi merupakan cara untuk hindari ketidakpedulian
Menurut pengertian toleransi yang dikutip dari wikipedia, Toleransi adalah suatu sikap saling menghormati dan menghargai antarkelompok atau antar-individu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya.
Sikap toleransi menghindarkan terjadinya diskriminasi, walaupun banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat
Toleransi selalu dikaitkan dengan penghormatan kepada hak asasi manusia, karena sifat intoleran (tidak toleran) berarti sama saja dengan menginjak nilai-nilai hak asasi manusia
Nilai-nilai yang mulia tersebut sering didengungkan oleh PBB ke seluruh negara di dunia, tapi percayakah bahwa nilai-nilai itu akan mulia ketika memiliki nilai keberpihakannya
Semua akan bernilai apabila ada unsur keberpihakan didalamnya
Baik itu soal toleransi dan penghormatan kepada nilai-nilai HAM, semua bernilai kalau ada nilai keberpihakan atas kepentingan
Pertanyaanya keberpihakan kepada siapa dan kepentingan apa?
Kalau mau ditarik lebih luas, siapakah dalang yang melakukan stigmatisasi kepada Islam di dunia dengan label terorisme?
Ketidakadilan dan diskriminasi untuk mendapatkan nilai kebenaran tidak pernah berpihak kepada para korban dari ambisi new imprealisme dengan jualan terorisme
Lihatlah nasib Afganistan, Irak, Libya, hingga Suriah bahkan tengok nasib Palestina kini dimata PBB
Secara luas, justru sifat intoleran selalu berbanding lurus dengan kekerasan, contohnya invasi militer yang akhirnya berujung perang
Prilaku intoleran itu sendiri yang menciptakan awal timbulnya aksi yang mereka sebut terorisme, sementara bagi para pelaku dilapangan mereka berlaku karena tidak mau tanah airnya dan agamanya diinjak oleh negara lain (lewat perang)
Bagaimana bangsa barat memandang Islam sebagai momok menakutkan setelah runtuhnya komunis Soviet
Islam adalah musuh yang harus ditaklukan dan dikondisikan kalau ternyata tidak mampu mengikuti semua hal sesuai kacamata barat yang liberal dan sekuler
Tidak mau menerima penyesuaian sesuai kacamata barat, maka stigmatisasi sebagai radikal dan pendukung terorisme sudah pasti dilekatkan
Aneh memang, semua standar moral dunia dikeluarkan oleh polisi dunia macam Amerika dan sekutunya bahkan berlanjut pada proxy yang dibinanya
Bahkan sampai nilai toleransi dan nilai-nilai HAM pun kini sudah berpihak sesuai kepentingan barat
Ironi, ketika dari perang mengatasnamakan untuk membuat Islam lebih toleran, harus mengorbankan jutaan nyawa anak-anak tidak berdosa di berbagai negara muslim
Sangat mudah untuk melabelisasi negara muslim sebagai negara intoleran karena alasan tidak mau menerima konsep Islam yang sesuai keinginan barat yang lebih liberal dan lebih sekuler
Toleransi dan nilai HAM dijual sesuai kebutuhan dan kepentingan lingkar otak bangsa barat
Sementara pembantaian, ketidakadilan, hingga diskriminasi yang diterima umat muslim di negara muslim dunia yang tidak mau mengikuti agenda liberal dan sekuler barat dibiarkan terjadi, dan PBB menutup mata akan sifat intoleran yang dibawa bersama mesin perang bangsa barat tersebut
Sampai kapanpun, stigmatisasi Islam intoleran akan selalu didengungkan, disebarkan oleh proxy-proxy nya yang berpaham liberal dan sekuler
Stigma yang jadi jualan dan menjadi andalan untuk mendistorsi nilai-nilai Islam agar sesuai keinginan barat
Kalau tidak mau, maka bersiap label sebagai radikal pun akan langsung disematkan hingga akhirnya disebut sebagai pendukung terorisme
Baratlah yang membuat dan menciptakan Al Qaeda dan ISIS, dan mereka jadikan kedua sebagai kuda Troya untuk menjadi jalan menghancurkan Islam dari dalam
Kotak pemilahan pun langsung dibuat, bagi umat Islam yang tidak mau mengikuti konsep sesuai otak barat yang liberal dan sekuler maka bersiaplah dimasukkan kotak pendukung terorisme, pendukung ISIS berlanjut HTI
Toleransi dijadikan jualan untuk melabeli dan menstigma orang dan pihak yang bukan barisannya
Seperti agenda bangsa barat dengan sekutunya, menjadikan negara muslim yang tidak mau mengikuti keinginannya disebut sebagai negara pendukung terorisme, pendukung ISIS dan lainnya (radikalisme)
Faktanya, justru mereka lah penjahat yang sebenarnya
Demi agenda sumber daya alam dibalik itu semua, sampai rela melakukan kebijakan perang yang mengorbankan jutaan umat muslim
Toleransinya dimana? HAM nya dimana?
Keadilan dimana?
Atau toleransi itu memang benar-benar harus berpihak
Menjadi toleran kalau sudah sesuai keinginan kebarat-baratan, salahsatu contohnya dimana ibadah umat Islam harus bercampur mengikuti agama lain dengan mengatasnamakan pluralisme
Agama yang sudah kaffah dan sempurna dibuat harus menyesuaikan alias bertoleransi sesuai otak nusantara, kalau tidak mau harus siap disebut radikal
Jadi yang sebenarnya intoleran itu siapa Sik?
Umat Islam yang sejak Indonesia belum merdeka sampai saat ini tidak pernah berubah ataukah mereka sebagian kecil dari umat yang berotak liberal yang menginginkan Islam berubah dan lebih toleran sesuai kebebasan berpikir mereka
Dan intoleran itu juga ibarat maling yang suka melompati pagar rumah orang lain
Tidak memiliki ilmu dan pengetahuan sebenarnya apa tapi sudah bicara bahkan berani mengatai melebihi keilmuan dan statusnya yang ternyata bukan umat muslim
Agamanya bukan muslim, tapi terus mengatai dan mengomentari kebiasaan serta kegiatan umat muslim tapi anehnya didukung dan terus dikompori oleh para proxy Muslim berotak liberal
Merasa paling toleran tetapi lingkar otaknya isinya menstigma orang atau pihak lain yang bukan barisannya sebagai radikal dan sebagainya
Itulah namanya toleransi yang berpihak bahkan berbayar
Sementara aslinya negeri ini adalah negara yang paling toleran dari dahulunya, kesetiakawanan selalu jadi kebiasaan, dan kemanusiaan selalu dijunjung nilainya dalam kebersamaan
Dan mereka yang kini selalu teriak toleran dan intoleran sebenarnya hanya soal eksistensi semata, bagaimana eksistensi pola pikir hebat tentang kebebasan dan nilai kebaratan mereka bisa diakui dan  ditoleransi di Indonesia
Dan Indonesia lebih liberal dan sekuler adalah dianggap kebanggaan hasil mereka
Tapi, apakah umat mau toleran menerima itu?
Kalau tidak mau, masa’ terus terusan harus disebut intoleran cuma gara-gara tidak mau menerima atau mentoleransi pola pikir mereka (otak penjajah dong mereka)
Toleran itu bukan soal pemaksaan pemikiran dan bukan juga soal harus sama (agama)
Toleran itu soal empati, hati dan tidak berpihakan
Karena ketidakadilan, diskriminasi dan stigmatisasi adalah langkah karena adanya perbedaan keberpihakan
Toleran untuk mu tetapi belum tentu toleran bagi ku, begitulah keberpihakan
Hingga toleransi itu akhirnya nilainya cukup sesuai lingkar otak kepentingan diri semata
Toleransi kok harus berpihak
Bang DW