Antara Ojek Online dan Keberpihakan kesempatan kepada Para Tenaga Kerja Asing -->

Iklan Semua Halaman

Antara Ojek Online dan Keberpihakan kesempatan kepada Para Tenaga Kerja Asing

Mahmud Thorif
28 November 2018
Oleh : Bang DW

Kalau saja boleh berandai, para ojek online yang biasa berbaris diluar stasiun dan terminal itu menjadi tenaga kerja dengan gaji 15 juta seperti gaji yang sama diterima TKA asal China
Kalau saja boleh kembali berandai, ribuan tukang ojek online itu mendapat keberpihakan dan kesempatan oleh pemerintah, sama seperti keberpihakan dan pemberian kesempatan pemerintah untuk hadirnya Tenaga Kerja Asing di negeri ini disegala sektor kesempatan usaha bahkan sektor pekerjaan kasar
Kalau saja boleh berandai, pemerintah memperhatikan keberadaan tukang ojek online sebagai alarm untuk segera memikirkan cara bagaimana menciptakan lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya, seperti nasib perusahaan-perusahaan subkontraktor yang dibackup pemerintah, namun kini dikuasai dan untuk menghidupi ribuan TKA asal China
Kalau saja boleh berandai…
Keberpihakan dan kesempatan itu milik para tukang ojek online, baik itu soal gaji 15 juta dan lapangan pekerjaan yang ada
Tetapi kenyataanya, justru ojek online dimanfaatkan dan solusi bagi pemerintah untuk standar anggapan keberhasilan dalam menyediakan lapangan pekerjaan
Sementara semua proyek infrastruktur dan proyek manufaktur seperti pabrik semen hingga usaha pertambangan dan migas diserahkan pengerjaannya kepada para Tenaga Kerja Asing termasuk TKA asal China
Ini soal kesempatan dan peluang yang diberikan pemegang regulasi
Ketika pemegang regulasi lebih berorientasi dan pro kepada pemilik modal atau pihak pemberi utang karena alasan perjanjian, maka nasib rakyat menjadi opsi untuk dipinggirkan
Mengorbankan nasib rakyat itu mudah, semudah memberikan lapangan pekerjaan sambilan dan kanibalisme antar anak negeri
Ojek online adalah juga sektor usaha yang bersifat kanibalisme, dimana persaingan untuk memperebutkan target penghasilan akhirnya mengorbankan sisi kemanusiaan
Ojek online bukanlah robot atau mesin pencetak dan pencari uang demi perusahaan penyedia aplikasi, mereka juga manusia yang harus dipahami kebutuhannya
Karena mengejar target penghasilan, akhirnya sistemlah yang menjadi tuhan dan alasan untuk keluarnya keputusan suspend permanen (pemberhentian) yang terkadang tanpa alasan
Tidak ada bentuk kemitraan, yang ada adalah bentuk eksploitasi kinerja sepihak pada akhirnya
Pernyataan Prabowo Subianto pada acara indinesia Economic Forum adalah sebuah fakta yang pada akhirnya mengungkap bagaimana kesempatan dan keberpihakan penguasa saat ini sangatlah kurang kepada anak negeri
Kesempatan dan keberpihakan penguasa saat ini yang lebih mengutamakan Tenaga Kerja Asing juga membuka tabir wajah pemilik regulasi dinegeri ini yang sebenarnya ikut berjasa berperan serta aktif meningkatkan kesejahteraan warga negara asing dan bukan warga negara sendiri
Gaji 15 juta sampai pada kesempatan penguasaan sektor pekerjaan kasar untuk tenaga kerja asing, seolah menjadi ironi ketika anak bangsa harus bertarung dan bersaing diantara mereka untuk sekedar mengejar target penghasilan berdasarkan sistem aplikasi yang terkadang tak berlaku adil
Pernyataan Prabowo adalah pernyataan apa adanya, serta untuk sebuah kesadaran bersama dan bukan keambiguan yang akhirnya dipelihara
Ambigu, karena marah dilatar belakangi kepentingan politik yang didukungnya terganggu, sementara diam ketika kepentingan rakyat lewat sektor usaha, dibiarkan diserahkan untuk direbut kepemilikannya 100 persen kepada asing
Ketidakmampuan penguasa menyediakan lapangan pekerjaan dan lalu berusaha berlindung dengan memanfaatkan trend industrialisasi startup berdasarkan sistem aplikasi dimana mengharuskan para anak negeri bersaing dengan sesama anak negeri demi target penghasilan, dan menyebut itu adalah sebuah prestasi tersendiri adalah ironi sebuah negeri
Mana ada sebuah prestasi dengan mengorbankan nasib anak negeri sendiri
Sementara para Tenaga Kerja Asing diberikan keberpihakan dan kesempatan sampai pada sektor lapangan pekerjaan kasar namun dengan gaji besar
Itulah ketidakadilan keberpihakan dan kesempatan dalam ekonomi yang dilakukan pemilik regulasi
Lantas, mengapa ketika ada pihak yang mencoba memberikan kesadaran bersama, dibalas dengan amarah dan bereaksi berlebihan seakan ada nilai politis didalamnya?
Apakah kuatir akan adanya perubahan yang dibawa bersama kehadiran Prabowo kedepan?
Bang dw