Oleh : Mahmud Thorif
Dunia sekolah adalah dunia belajar mengajar, di mana ada guru yang mengajar
dan ada murid yang belajar dan bisa pula sebaliknya, guru bisa belajar dari
para murid dengan bermacam karakter masing-masing, baik dalam berkomunikasi,
memecahkan masalah, atau memberi solusi.
Berbincang dunia sekolah maka tidak lepas dari kurikulum, yaitu
perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan. Misalnya yang
terbaru adalah Kurikulum 2013 yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Muhammad Nuh, di awal Tahun Ajaran 2013/2014. Walau kebijakan
Menteri Pendidikan pada waktu itu banyak menuai kritik sehingga penggunaan
Kurikulum 2013 akhirnya diundur atau dibatalkan pada masa Anies Baswedan. Padahal
dari segi biaya sudah mengeluarkan banyak anggaran dengan memberi banyak
pelatihan instruktur dan guru-guru, serta buku-buku penunjang.
Banyak sekolah-sekolah yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 ini
akhirnya kembali menggunakan Kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal dengan
Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) dan adapula sekolah yang tetap
menjalankan Kurikulum 2013 karena ditunjuk sebagai sekolah percontohan.
Bicara kurikulum maka kita bicara materi pendidikan, tentunya materi
Sekolah Dasar berbeda dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan juga berbeda
pula dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) karena memang dari segi usia juga
berbeda. Misalnya di SD struktur kurikulum Kurikulum 2013 sejumlah 36 jam
pelajaran tiap pekan, dengan asumsi 1 jam pelajaran di SD adalah 35 menit. Berbeda
dengan di SMA yang 1 jam pelajaran mencapai 45 menit, pun berbeda dengan di
perguruan tinggi.
Kurikulum pendidikan yang dikeluarkan oleh kementerian pendidikan tentulah
jika memang benar-benar diterapkan dan diajarkan dengan baik dan benar bisa menghasilkan
murid-murid yang cerdas dan mencerdaskan. Sudah barang tentu, yang namanya
sebuah program tentu ada kelebihan dan adapula kekurangan. Di sinilah
diperlukan peran guru dalam proses pembelajaran.
Adanya kurikulum yang tampak kasat mata tentu adapula kurikulum yang
tidak kasat mata, atau para ahli menamakan hidden
curriculum (kurikulum tersembunyi). Kurikulum tersembunyi sangat berperan
dalam penanaman karakter bagi setiap peserta didik. Hakikatnya, kurikulum
tersembunyi ini adalah kurikulum yang tidak dikeluarkan oleh Kementerian
Pendidikan namun bisa mendisiplinkan, mencerdaskan, dan tentu mensholihkan
peserta didik. Kurikulum tersembunyi ini bisa mengajarkan bagaimana peserta
didik bisa antri dengan tertib, bagaimana bisa berbagi dan peduli kepada
sesama, dan lain sebagainya.
Sempurnanya sebuah kurikulum pendidikan harus diimbangi oleh para
pendidik atau guru dalam mengajarkan materi kurikulum yang ada. Tentulah harus
dengan metode-metode yang baik dan bisa dipahami oleh peserta didik.
Nah maka diperlukan keterampilan para pendidik dalam mengajarkan
kurikulum yang telah ditetapkan ini dengan sempurna kepada peserta didik.
Tentulah dengan bermacam metode yang tepat. Karena sebaik apapun kurikulum,
jika metode yang dipakai tidak sesuai dengan kondisi peserta didik, hasilnya
nihil.
InsyaAllah kita akan
berbincang di edisi mendatang tentang bermacam metode pembelajaran yang bisa
diterapkan oleh para pendidik.
Salam pendidikan.
Penulis : Mahmud Thorif,
Redaktur Majalah Fahma