Pemberi Yang Baik -->

Iklan Semua Halaman

Pemberi Yang Baik

Mahmud Thorif
30 September 2015

Oleh Mahmud Thorif

Ehm...
Jika manusia lebih cenderung senang diberi, maka wajar jika banyak manusia menjadi peminta-minta dan wajar pula sedikit manusia menjadi pemberi yang baik.

Nah ....
Ada kebahagiaan yang terpancar saat kita diberi sesuatu oleh orang lain. Itu semua adalah pancaran dari hati dan biasanya lambat laun kebahagiaan ini akan pudar seiring dengan berjalannya waktu dan berkurangnya ‘nilai’ dari sesuatu tersebut.

Uhhuk ....
Ada kebahagiaan terpancar pula saat kita memberi rasa bahagia kepada orang lain. Tentulah rasa ini akan terasa lebih lama jika rasa bagahia ini dirasakan lebih lama oleh orang lain. Pun rasa bahagia sang pemberi perlahan akan sirna seiring berjalannya waktu dan pudarnya ‘nilai’ dari sesuatu yang telah kita beri.

Gubrak....
Menjadi pemberi yang baik, ini adalah sesuatu yang mudah ditulis atau diucapkan namun masih sulit untuk diterapkan. Iman kita sering tergoda menceritakan dengan sombong kepada orang lain bahwa kita telah membantu ini itu, memberi ini itu, menyumbang ini itu, dan sederet pemberian lainnya. Sungguh, jika niat menceritakan ini dengan niat untuk menyombongkan diri, merendahkan orang lain yang kita beri, maka runtuh pula pahala kita, ibarat kayu bakar yang dimakan api. Ia akan menjadi abu. Ibarat daun-daun yang berguguran.

Tuing ....
Pun demikian, kita bisa pula menjadi penerima yang buruk. Biasanya diawali dengan tidak bersyukur, dengan tidak berterimakasih. Sehingga seringkali mencacat apa yang diberikan orang lain ini. Tentu dengan menceritakan kekurangan, keburukan dari sesuatu yang diberi oleh orang lain.

Eng ing eng ....
Akhirnya sungguh jika kita ditakdirkan menjadi penerima, maka jadilah penerima yang baik dan jika takdir ini menggiring kita menjadi pemberi, jadilah pemberi yang baik.

Demikian, salam


Berbincang lebih lanjut silahkan follow twitter @emthorif dan like facebook Mahmud Thorif