Masa lalu, atau sejarah. Siapa sih yang tidak punya masa lalu?
Semua orng pasti punya, semua orang pasti pernah meninggalkan masa lalunya.
Yang sekarang anak-anak, pasti sudah meninggalkan masa bayinya, yang sekarang
remaja, pasti sudah meninggalkan masa anak-anaknya, yang sekarang sudah dewasa
pasti telah melalui masa-masa remaja, yang sekarang tua pasti dahulunya
merasakan masa-masa mudanya, bahkan yang sekarang sudah tiada pastinya telah
melalui perjalanan hidupnya.
Itulah masa lalu, masa yang tidak akan pernah bisa kita ulang walau
seperseribu detikpun. Masa yang telah membuat kita seperti sekarang ini. Itulah
masa lalu.
Ada yang sangat-sangat membanggakan masa lalunya karena memang
pantas untuk dibanggakan. Ada juga yang sangat-sangat menutupi masa lalunya
karena memang dianggap memalukan. Ada juga manusia yang biasa-biasa saja dengan
masa lalunya, karena ia berjalan apa adanya. Ada yang ingin membuang jauh-jauh
masa lalunya karena sangat mengecewakan. Ada juga yang membenci masa lalunya
karena telah membuatnya kecewa. Dan tentunya masih banyak manusia dengan
bermacam masa lalunya.
Sudah pasti, Allah Rabbul’alamin menciptakan masa lalu tidak untuk
sia-sia, Allah Ta’ala menciptakan masa lalu untuk dijadikan pelajaran bagi masa
sekarang dan tentunya masa yang akan datang. Orang cerdas akan belajar dari
masa lalunya, misalnya seorang murid yang harus rela menempuh kelasnya dalam
dua tahun, seharusnya dia harus bisa mengambil pelajaran mengapa begini?
Mengapa begitu? Misalnya lagi saat datang terlambat ke sekolah pasti harus
melakukan ini dan itu, kalau dia bisa belajar dari masa lalu dia akan menekan
sekecil mungkin untuk datang terlambat. Masa lalu harus diambil hikmahnya,
diambil pelajarannya, bukan sebagai hiasan kehidupan kita.
Kalaulah ada pepatah, pengalaman adalah guru yang terbaik, maka
pantas juga kita mengubahnya, masa lalu adalah guru kita sekarang dan yang akan
datang.
Kita harus bisa mengambil hikmah dari masa lalu kita, orang tua
kita, guru-guru kita, sahabat kita, dan orang lain pada umumnya.
“Demi masa. Sungguh manusia itu dalam kerugian. Kecuali yang
beriman kepada Allah, beramal kebaikan, dan mereka saling menasihati dalam
kebaikan dan takwa.” Alquran
Surat An-Nashr.
*) Tuswan Reksameja, Redaktur Majalah Fahma, Cerdas di Rumah Cerdas
di Sekolah.